Selasa, 05 Maret 2013

Hope Springs,,Cinta yang Terbarukan

Adakah yang sudah pernah menonton film 'Hope Springs' yang menurut saya sangat inspiring sekali?


Hope Springs (2012) BRRip
Yups,,film bergenre drama/romance yang dibintangi oleh Meryl Streep sebagai Kay dan Tommy Lee Jones sebagai Arnold adalah sepasang suami istri yang setia yang sudah menikah lebih dari puluhan tahun. Namun entah mengapa setelah anak mereka dewasa dan menikah lalu tingal berjauhan hubungan mereka sebagai suami istri terasa hambar seperti nasi yang sudah disimpan 2 hari lebih,,you know lah pasti basi kan? hehehe...

Kay sang istri lalu berinisiatif utk menemui seorang konselor atau apa ya? semacam psikolog pernikahan kali ya (mikir).. Nah si Konselor ini ada di sebuah kota kecil bernama Hope Springs, banyak pasangan yang pernikahannya diambang kehancuran datang ke pulau ini untuk melakukan konsultasi mengenai pernikahan mereka. Dan sebagian besar dari klien konselor tersebut sukses melewati masa-masa tersulit dalam pernikahannya dan akhirnya memulai cinta yang 'berbeda' dan 'terbarukan'. Yah seperti itulah Kay mengharapkan pernikahannya dengan Arnold suaminya bisa harmonis dan romantis seperti dulu di masa-masa awal pernikahan mereka.

Mungkin kebanyakan pernikahan yang sudah berumur belasan bahkan puluhan tahun juga ikut merasakan hal yang terjadi pada kasus Kay dan Arnold. Dimana mungkin sudah tidak ada lagi keharmonisan, pelukan, belaian, ciuman, bahkan mungkin untuk gandengan tangan pun rasanya sudah males,,ya ga sih??? :D
Pernah beberapa kesempatan saya melihat sepasang suami-istri yang sudah lansia berjalan bergandengan, saling berpegangan tangan dan yang pasti terlihat sangat romantis sekali. Kadang kalau saya bandingkan dengan kakek dan nenek saya nampaknya jaauuuuuuh sekali perbedaannya. Karena kakek dan nenek saya jarang terlihat menghabiskan waktu berdua seperti jalan santai atau quality time lah kemana gitu ato nonton tv berduaan saja diruang keluarga. Nampaknya tidak pernah sama sekali, wong kalo jalan aja sendiri-sendiri. Kadang malah si kakek jalan duluan secara Nenek saya kan badannya gemuk ya jadi kalau jalan lamaaaa sekali karena pelan-pelan dan pendek-pendek langkahnya.

Dari sini tiba-tiba saya memetakan lagi apa sih konsep menikah pada kultur orang timur versus kultur orang barat??? (Apaaa cobaa??)
Yang saya perhatikan setiap kali habis menonton film barat yang bergenre drama/romance kenapa ya di film itu selalu aja pasangan suami istri itu digambarkan sangaaaat romantis walaupun di umur yang memasuki penghunjung usia para suami istri tersebut masih menyempatkan mengecup kening&bibir apabila bangun pagi, mau tidur, atau hendak bepergian. Atau mereka masih selalu melakukan pelukan-pelukan saat akan berpamitan ato memang ya saat ada moment-nya. Ucapan-ucapan seperti 'I Love You' dan 'I Miss U' selalu dilontarkan setiap hari. Dan saya menyimpulkan bahwa konsep pernikahan orang barat itu lebih menekankan pada kualitas hubungan suami istri, semua itu bisa kita lihat pada film-film yang mereka buat. Bukan berarti karena beranggapan bahwa itu kan cuma film lantas kita berfikir itu hanya rekayasa mereka. Tapi kan film itu tetap saja mengambil kultur budaya yang berlaku di negara tempat mereka tinggal ya memang seperti itulah faktanya. Mereka sangat berfokus pada hubungan antara suami dan istri. So, ga heran kalo di negara barat itu apabila sudah bertahun-tahun tidak dikaruniai anak mereka terlihat cukup santai tidak terlalu mempermasalahkan hal demikian, justru hubungan suami istri tersebut mereka perkuat agar bisa langgeng sampai nanti. Dan tidak menjadikan sebuah beban adanya seorang anak atau tidak dalam rumah tangga yang mereka bangun. Liat saja ketika mereka memiliki anak yang usianya sudah 18 tahun pada kultur budaya mereka sang anak diharuskan mandiri baik secara pribadi maupun finansialnya. Sehingga banyak pasangan suami istri di barat ini memiliki waktulebih  untuk saling mengenal pasangan satu dengan lainnya lebih intens dan mendalam karena sedari awal mereka sudah membiasakan anak-anak mereka hidup mandiri, tidak bergantung pada kedua orang tuanya, serta tidak intervensi terlalu dalam pada tumbuh kembang sang anak. Menurut mereka peran orang tua itu mendidik dan membesarkan anak hingga usia mereka 18 tahun ato setelah sang anak lulus SMA.

Sedangkan pada konsep pernikahan timur berfokus pada kualitas hubungan keluarga terutama anak. Ga heran misalnya seorang yang sudah lama menikah dan belum dikaruniai anak akan merasa tertekan atau menjadi buah bibir apabila belum saja dikaruniai seorang anak. Karena bagi orang timur, anak itu adalah sebuah anugerah dan simbol kehormatan apalagi bila memiliki anak yang berjenis kelamin laki-laki. Untuk di suatu budaya tertentu anak laki-laki dipandang dapat menaikkan derajat keluarganya di mata masyarakat. Sehingga tengok saja di Indonesia misalnya, banyak fenomena dimana seorang anak yang sudah menikah masih tinggal satu atap dengan orang tua ataupun mertua. Adapula yang cucunya masih diurus dan diasuh oleh nenek dan kakeknya. Sehingga pada saat memasuki usia pensiun atau sudah tua kebanyakan para pasangan tersebut masih sibuk dengan rutinitasnya dahulu seperti mengurus anak dan cucu. Yang pada akhirnya perhatian pada pasangan menjadi berkurang kadarnya, itulah yang membuat hubungan suam istri yang sudah terjalin lama menjadi hambar dikarenakan tidak adanya waktu luang hanya untuk me-recharge kembali hubungan yang sudah 'kadaluarsa' menjadi terbarukan kembali. Dan terganjalnya pakem bahwa, sudah tua sudah tidak waktunya lagi  mesra-mesraan. Padahal semua itu salah besar, justru semakin tua seharusnya hubungan pernikahan yang sudah dibangun semakin utuh, kokoh, romantis, dan berkualitas. Jangan sampe awet rajet istilah Bahasa Sundanya alias keliatan kuat diluar tapi dalemnya keropos.

Tapiii,,,saya samsek ga membandingkan konsep pernikahan manakah yang paling bagus? Karena dua-duanya memiliki kelebihan dan kekurangan satu dan lainnya. Lebih bijak lagi apabila kita meng-combine formula antara konsep di barat dengan konsep di timur. Mengambil yang baiknya dan membuang yang tidak baiknya. Sehingga kecil kemungkinan untuk adanya gap antara hubungan suami dan istri. Mungkin kita mulai dengan try to say I Love You kepada pasangan hidup kita, belahan jiwa kita tercinta. Menunjukkan kasih sayang melalui action and words jangan sampai pernikahan yang kita bangun menjadi hambar dan hilang maknannya bagi kedua belah pihak. Karena apabila hubungan antara suami dan istri tidak harmonis atau tegang maka semua itu berimbas kepada anak. Kasian sekali nantinya anak menjadi korban akibat hubungan suami istri yang memburuk misalnya terjadi perceraian ato mungkin kekerasan dalam rumah tangga. Anak yang sehat lahir dari orang tua yang bahagia secara lahir dan batin. Yang paling penting agar semua itu tidak terjadi pada hidup kita maka mulai saat ini kita usahakan untuk meluangkan quality time berduaan saja dengan pasangan kita, bisa dengan menonton bioskop berdua, liburan berdua, dinner, jalan pagi berdua, traveling berdua ato apapun yang bisa dikerjakan berduaan saja tanpa perlu direpotkan oleh urusan anak-anak. Diharapkan itu semua bisa mencairkan hubungan yang sempat menegang, kaku, ato terasa hambar akhir-akhir ini. Maka perlu dihangatkan kembali sebagai 'me time' kalian sepasang suami istri.

So, what do you think after read my note? :)


5 komentar:

  1. bener banget. Jangankan liat nenek, liat ibu bapak saya aja sekarang udah nggak ada mesra2nya sama sekali. semua masing2. sedih juga sih liatnya. pas saya pulang bawa anak saya, mereka seneeeng banget, maklum cucu pertama, hehe. pas saya balik lagi, kok jadi ngerasa bersalah dan sedih ya, ga bisa tinggal deket mereka... hiks ;( *curhat galau*

    BalasHapus
  2. Iya yah klo kakek-nenek kedatangan cucu tuh pasti aja suasana jd ceria dan bahagia buat mereka. Seperti jiwanya di-recharge kembali dengan kehadiran sang cucu. Ayah saya pun demikian mba, klo pulang kerja yg ditanyain dan ditemuin pertama kali ya itu dia,,anak saya alias cucu satu-satunya saat ini. Alapagi kalo saya lagi marahin anak saya, ibu dan bapak saya yg malah balik marah sm saya. Haduuuhh -_-"

    BalasHapus
  3. mesti memelihara cinta dan kasih yang mula2 yaa ? ga mudah sih...tapi mesti dicoba terus, spy awet :-)

    BalasHapus
  4. Yups,,kadang teori terasa mudah disampaikan dan prakteknya itu susah tapi harus selalu mencoba, practice makes perfect, ya ga? :)

    BalasHapus
  5. Bener banget mak, budaya Barat dan Timur, emang beda banget ya, tapi masing2 ada kelebihan dan kekurangan, pinter2 kita meng-combine supaya kita bisa lebih baik lagi. Emang kenyataan beda dengan teori, tapi cinta itu perlu diusahakan, pokoknya top deh tulisannya :)

    BalasHapus