Minggu, 03 Desember 2017

Belajar Sambil Mengajar, Karena Setiap Kita Adalah Guru Bagi Dirinya Sendiri...

Awal mula saya mengajukan diri untuk menjadi fasilitator matrikulasi saat itu adalah karena saya menyadari bahwa dalam waktu sembilan pekan mengikuti materi matrikulasi dan juga ditambah mengerjakan Nice Home Work (NHW). Ada perasaan yang cukup mengganggu saya saat itu, yakni saya merasa ilmu yang saya dapatkan selama sembilan pekan itu belum bisa saya pahami dengan sebenar-benarnya. Saya butuh mencerna itu secara perlahan dan juga butuh teman yang sama-sama belajar dan melakukan perubahan. Maka ketika ada pembukaan fasilitator matrikulasi pun akhirnya saya memutuskan untuk mengajukan diri yang mana saya sebetulnya ingin mengulang materi kembali bersama teman-teman yang saya fasilitatori. Pengalaman saya ketika membersamai teman-teman yang saya fasilitatori ternyata saya pun perlahan mengerti dan paham dengan materi yang sebelumnya saya sendiri pun merasa bingung. Dari pengalaman inilah saya menyimpulkan bahwa kita akan lebih memahami suatu ilmu jika kita mengajarkan kembali kepada orang lain. Karena dengan mengajar sesungguhnya kita sedang mengeluarkan segala daya dan upaya yang kita miliki untuk memberikan pengajaran kepada orang lain alih-alih sebenarnya kita sedang mengajar dan melakukan perubahan pada diri kita.

Saat ini saya sedang mengampu sebagai fasilitator perkuliahan Bunda Sayang di Kelas Karawang Bekasi pada caturwulan kedua ini. Menurut cerita dari salah satu pengurus kelas mengatakan bahwa pada awalnya jumlah peserta itu lumayan banyak, namun ketika memasuki caturwulan kedua ini para pengurus kelas melakukan perampingan jumlah peserta dikarenakan banyak peserta yang cuti, silent reader, tidak mengerjakan tugas dengan lengkap, dsb. Hingga pada saat pertama kali saya masuk ke kelas tersebut, ketua kelasnya melaporkan bahwa total peserta di kelas tersebut berjumlah sekitar 35 orang. Ketika pertama kali mensosialisasikan Code of Conduct (CoC) mengenai keaktifan di kelas, banyak respon dari hampir seluruh peserta dari yang aktif hingga yang silent reader pun mulai bersahutan dan menyemarakkan kelas. Dalam pekan pertama hingga memasuki pekan ketiga kelas masih cukup ramai namun mulai berkurang para peserta yang aktif berkomentar maupun yang berbagi cerita. Apalagi setelah review materi hingga aliran rasa pun kelas cenderung tidak seaktif dan seramai ketika pekan pertama. Yang muncul berkomentar pun orang-orang yang sama aktif di awal saya masuk kelas baru ini. Perangkat kelasnya pun kooperatif dan siap sedia jika waktunya diskusi, Senin Semangat, dan Jum'at Hangat beberapa dari mereka ikut meramaikan. Sejauh ini yang biasanya silent reader pun sudah mulai unjuk gigi ikut berkomentar dan menyuarakan buah pikirannya. Adapun yang masih belum bisa bergabung ketika diskusi biasanya ada beberapa yang menghubungi saya untuk meminta izin dan menyampaikan alasannya. Penilaian saya untuk keaktifan kelas bisa dikatakan cukup baik. Oya, mungkin juga ada pengaruh ketua kelas pada caturwulan pertama ini kebetulan mengundurkan diri dari tugasnya dikarenakan ada permasalahan yang urgent dan membutuhkan perhatian lebih dari beliau. Nah, saya sempat merasakan kelas dikoordinatori oleh beliau dan memang lebih ramai serta banyak diskusi diluar materi pada bulan itu. Kebetulan ketua kelasnya memang dituakan oleh teman-temannya ditambah pendidikan beliau juga adalah psikolog sehingga banyak teman-teman yang terbantu dengan saran-saran yang diberikan oleh beliau.

Catatan saya mengenai koordinator bulanan pun sejauh ini tidak ada masalah yang berarti, mereka sudah paham mengenai tata cara google form dan teknis lainnya. Karena ada dua koordinator bulanan yang mengundurkan diri karena cuti, maka kami pun mengadakan open recruitment untuk mengisi posisi yang kosong tersebut. Sehingga akhirnya diputuskan akan diadakan kembali pembekalan tutorial google form dan hal-hal yang berkaitan dengan teknis di kelas. Ketua kelas berinisiatif untuk meminta bantuan Rumah Belajar IT IIP kotanya untuk bersedia mengisi pelatihan ini via online di Whatsaap grup perangkat kelas. Pencatatan dan segala yang berhubungan dengan administrasi pun sangat rapih. Saya sangat berkesan sekali dalam hal ini.

Kemudian untuk tugas-tugas yang dikerjakan oleh peserta saya baca dan ada beberapa tugas yang memang mengerjakannya ala kadarnya saja. Sebatas untuk menggugurkan kewajiban saja sehingga tugas yang diposting pun hanya berupa foto judul buku dan bab yang dibaca tanpa ada penjelasan beberapa kalimat ataupun paragraf yang menyertai di dalamnya. Namun tidak semuanya seperti itu, ada juga beberapa orang yang memang bersungguh-sungguh mengerjakannya dan sangat inspiratif sekali pengalaman yang mereka tuangkan dalam tugasnya tersebut. Ini yang memang harus saya sampaikan dan koreksi kepada para peserta di kelas bagaimana sih sebaiknya tata cara pembuatan tugas itu. Artinya saya punya PR besar disini untuk membuat para peserta perkuliahan ini betul-betul ada rasa tanggung jawab moral ketika mengerjakan tugas-tugas yang diberikan.

Untuk itu saya masih memiliki waktu sekitar tiga bulan ke depan selama mengampu kelas ini agar membuat atmosfir kelas lebih menyenangkan dan semarak lagi agar semangat mereka tetap terjaga. Rencananya dalam waktu dekat ini sekitar tanggal 24 Desember 2017 para peserta Kelas Bunda Sayang Karawang Bekasi ini akan mengadakan kopdar dan mengundang fasilitator caturwulan pertamanya yaitu Miss Yuli dan saya sebagai fasilitator caturwulan kedua ini. Saya berharap semoga dengan diadakannya pertemuan ini akan mempererat bonding antar sesama peserta sehingga tidak ada lagi yang namanya silent reader karena merasa sungkan ataupun malu untuk bertanya dan berkomentar di grup. Hal yang berkesan adalah banyak orang-orang hebat dan menginspirasi yang ada di kelas ini namun kebanyakan dari mereka tidak terlalu mencolok dan menampilkan dirinya. Padahal secara pengalaman mereka sudah sangat kompeten di bidang yang mereka geluti saat ini.
"Pada titik ini saya pun akhirnya menyadari bahwa setiap kita adalah guru bagi dirinya sendiri dan juga bagi yang lainnya".
Sekian jurnal fasilitator yang dapat saya rangkum dan sampaikan selama saya berinteraksi dan mengobservasi kelas selama hampir dua bulan ini. Mohon maaf bila ada kata-kata dan penilaian saya yang menyinggung pihak lain, karena ini murni tidak ada niatan apapun. Semoga bisa diambil pengalaman dan manfaatnya. Terima kasih...

Sabtu, 18 November 2017

Bikin Tahu Bulat

Siapa yang belum tahu apa itu tahu bulat?
Tahu tidak bagaimana membuatnya? Soalnya kami penasaran kenapa tahu bulat bisa mengembang besar begitu ketika di goreng. Akhirnya bersama Tazki saya pun berselancar di dunia maya untuk mengetahui cara membuat tahu bulat itu seperti apa. Kami menemukan resep tahu bulat tersebut di www.cookpad.com dan segera kami mengeksekusinya. Lumayan juga yang menguras tenaga adalah ketika kita memeras tahu putih yang sudah dihancurkan untuk mengeluarkan air yang terkandung di dalamnya hingga sama sekali tahu tersebut tidak mengandung air sedikit pun. Kami membuatnya dalam adonan yang sedikit dahulu supaya bilamana gagal tidak terlalu kecewa karena sudah menghabiskan banyak waktu dan tenaga.

Alhamdulillah setengah hari kita selesai mengeksekusinya karena disambi-sambi juga sih jadi agak lama selesainya. Dan adonan tahu bulat pun digoreng ketika malam hari saat ayahnya Tazsudah pulang kantor. Saat menggoreng beberapa lama kemudian wow tahunya mekar dan mengembang sempurna. Suka sekali akhirnya tidak gagal karena bisa mengembang. lumayan juga satu adonan yang kami buat menghasilkan kurang lebih 25 buah tahu bulat. Lumayanlah untuk mengganjal perut disaat udara sedang dingin-dinginnya seperti sekarang. ditambah dengan segelas teh manis hangat dicampur jeruk nipis cocok sekali menemani malam ini kami mengobrol seru sebelum beranjak tidur. Kali ini Tazki seinya tidak terlalu bersemangat bebikinan mungkin karena sedang merasa tidak enak badan sehingga ia lebih banyak memilih untuk menghabiskan waktunya membaca buku saja.

Namun, ketika disiapkan tahu bulat bagiannya, buru-buru ia mencari plastik untuk memasukkan sebagian tahu bulatnya ke dalam plastik tersebut. Kemudian ia pun mencampurkan tahu bulatnya dengan bumbu yang biasa digunakan ketika ia memakan kentang goreng. Lalu segera menghampiri saya dan menawarkan tahu bulat berbumbu dengan rasa jagung bakar dan keju. Awalnya saya sempat menolak karena berpikir aneh pasti rasanya, namun ia memaksa saya untuk mencobanya dan wow enak sekali ternyata cila diberi bumbu walaupn tetap saja saya lebih menyukai makan tahu bulat polosan tanpa bumbu apapun. Malam ini ditutup dengan keceriaan dan juga rasa kenyang serta lelah selama seharian berjibaku untuk re-cooked  resep. Alhamdulillah semuanya senang...

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

False Cebration

Kali ini saya akan bercerita mengenai kegagalannya Tazki dalam membuat bros handmade. Seperti yang saya ceritakan pada postingan sebelumnya bahwa dia belum mahir dalam urusan menjahit manual. Nah, kali ini pun dia berencana ingin membuat kreasi bros dari kain perca dengan manik-manik yang seharusnya dijahit. Namun, dia pun memilih alternatif lain dengan menggunakan lem tembak ketimbang dijahit. Pastilah bisa ditebak hasilnya, yang mana menjadi sangat tidak rapi dan banyak noda lem di permukaannya. Sempat mengeluh dan menangis jengkel dikarenakan hasilnya tidak sesuai dengan yang dia harapkan. Tapi saya berusaha menenangkannya bahwa wajar sekali jika kita mengalami suatu kegagalan dan itu mengajaekan kita untuk belajar dari kesalahan supaya tidak terulang lagi dan membuat kita dapat mengatur strategi di masa yang akan datang. Tetap saja saya jelaskan panjang lebar pun dia masih berfokus pada hasil crafting yang dirasanya kurang oke. Ya, tidak apa saya membiarkannya menangis dan mengomel karena kesal tidak berjalan seperti yang dia harapkan.

Setelah agak tenang pada malam harinya, kami membuka forum keluarga dan mengapresiasi usahanya serta memberikan support kepadanya agar tidak putus asa dan terus berkarya walaupun dihadang oleh beberapa kali kegagalan. Anggap saja kegagalan tersebut menjadi pembelajaran dan pengalaman yang berharga kelak di masa yang akan datang. Kita pun merayakan momen false celebration ini agar mengajarkan padanya bahwa kegagalan dalam hidup itu lumrah adanya dan setiap orang pun pasti pernah mengalaminya. Kita rayakan dengan mengungkapkan kekecewaan, mimpi-mimpi, serta rencana apa saja yang akan masing-masing kami kerjakan ke depannya. Kami pun larut dalam momen ini, momen yang kami rasakan sebagai titik balik kami untuk melangkah dengan lebih baik lagi ke depannya.

Ah, ternyata tidak melulu kita mulus dan berhasil dalam mengerjakan tantangan di perkuliahan Bunda Sayang ini. Ada kalanya kita dapat mulus melewati tantangan demi tantangan setiap harinya dan sebaliknya terkadang di hari-hari tertentu tidak berjalan dengan baik dan seharusnya. Tidak mengapa asalkan kita tetap  keep on track saja dan berusaha melakukan semaksimal mungkin yang kita mampu. Dalam momen false celebration ini saya merasa mendapatkan energi yang baru dan juga makin mempererat bonding diantara kami. Semakin mengerti dan memahami harapan dan keinginan satu sama lain. Memang benar, hidup ini harus dimaknai dan dirayakan agar kita dapat meghargai setiap proses dan kehidupan. Keep moving forward!!

Hadiah Untuk Ayah Bunda

Kaget itu waktu kami mau pergi keluar kota tiba-tiba di kaca spion tengah mobil tergantung beberapa kertas berwarna yang seolah-olah seperti hiasan mobil. Kertas lipat berwarna merah dan uning menggantung bebas dan menghiasi interior mobil kami. Sudang pasti siapa lagi yang membuat ini kalau bukan anak semata wayang kami, Tazkiya. Dengan bentuk menyerupai hati dan ice cream gantungan tersebut menggantung bebas di bawah spion tengah ketika mobil kami sedang melaju di jalanan. Saya pun mengucapkan syukur dan terima kasih sekali atas kerja kerasnya membuatkan ini untuk kami berdua. Dia pun bercerita bahwa ingin memberikan kami hadiah namun bingung, hadiah seperti apa yang ayah bunda sukai. Akhirnya punya ide ketika kami beberapa waktu lalu menumpang mobil teman saya ketika akan mendatangi pelatihan keju di Semarang bagian bawah. Nah, dalam mobil teman saya itulah Tazki melihat ada gantungan di bawah spion tengah itu berbentuk botol kaca kecil dan gantungan bertuliskan kalimat tauhid. Kebetulan di mobil kami tidak memiliki hiasan seperti itu, maka dia berinisiatif ingin membuatkannya untuk kami. Wah, perhatian sekali kamu, Nak. Terima kasih ya...

Kadang kita sebagai orang dewasa lebih kalah kreatifnya ya dibandingkan dengan anak-anak. Kita cenderung lebih memilih cara simple dengan membeli ketimbang meluangkan waktu sedikit untuk berkreasi. Benarlah kiranya bahwa anak-anak adalah sumber kreatifitas sejati, tidak pernah ada matinya ide-ide di kepala mereka. Malah anak-anak biasanya tidak takut menghadapi kegagalan dibanding kita yang selalu menghitung-hitung manajemen resikonya. Sebenarnya apa yang dibuat oleh Tazki bukanlah hal yang wow, namun keberaniannya untuk berkreasi dan perhatiannya kepada kamilah yang membuat karyanya tampak mempesona dan menghipnotis kami berdua. Karena belum tentu saya sebagai orang dewasa pun punya pikiran dan niatan membuat gantungan seperti itu yang pastinya dalam pikiran saya masih banyak hal yang bisa saya kerjakan selain membuat ini. Namun ternyata bagi anak-anak tidak ada yg namanya tidak berguna apalagi buang waktu. Patutlah kiranya kita mencontoh semangat anak-anak dalam mengerjakan sesuatu hal.

Sepanjang jalan pun dia bertanya kepada kami apakah kami merasa senang dengan hadiah darinya? Spontan kami pun menjawab bahwa kami senang dan selalu menunggu-nunggu hadiah darinya. Tampak sekali dari raut mukanya memperlihatkan rasa puas dan bangga akan pencapaiannya. Saya pun mengambil pelajaran untuk tidak gampang mematahkan semangatnya serta ide-idenya, barangkali dari pemikiran yang sederhana akan tercipta suatu mahakarya yang dinanti-nati oleh dunia. Semoga kami sebagai oragtuanya bukanlah menjadi faktor yang menjegal apalagi membuat dirinya menjadi pribadi yang tidak inisiatif dan tidak kreatif. Tetaplah berkarya ya, Nak! Berikan yang terbaik untuk duniamu saat ini dan nanti.

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Menyulap Kapstok Bekas Menjadi Gantungan Multifungsi

Kemarin kami sekeluarga mengunjungi supermarket ADA yang berada di Kota Semarang. Sebenarnya kami mengunjungi supermarket ini karena ada beberapa kebutuhan yang harus saya beli karena berkenaan dengan adanya pesanan Mango Drink dari teman saya. Ternyata setelah saya cek di rumah ada beberapa bahan yang habis sehingga kami pun berencana mengunjungi supermarket tersebut selain harga barangnya harga grosir dan letaknya pun dekat dari kediaman kami. Setelah setengah jam kami berkeliling mencari barang-barang yang kami butuhkan dan memutuskan untuk segera membayarnya di kasir. Tiba-tiba anak kami meminta izin kepada ayahnya untuk dibelikan kapstok atau gantungan untuk tas-tasnya dikarenakan kapstok yang ada di kamarnya sudah banyak yang potong karena menyangga banyak tas dan pernak-perniknya. Kami pun segera mencari kapstok yang dibutuhkan dan segera membayar semua belanjaan kami di kasir.

Ketika sesampainya di rumah pun anak kami langsung mengambil paku dan palu dan mencoba memasangnya sediri. Karena merasa miring hasil pengerjaannya, akhirnya dia meminta ayahnya untuk bantu memasangnya. Setelah selesai dipasang oleh ayahnya lalu ia pun mulai mengutak-atik kapstok bekas yang sebelumnya. Saya katakan untuk membuangnya saja namun ia tidak berkenan membuangnya dan tetap bersikukuh untuk memanfaatkan kapstok tersebut menjadi sesuatu. Dia pun kemudian meminjam smartphone milik ayahnya untuk dipakainya melihat tayangan DDo It Yourself (DIY). Biasanya jika dia kehabisan ide selalu melihat tayangan video tersebut di Youtube. Setelah hampir satu jam lebih menonton tayangan Di It Yourself  (DIY) akhirnya ia meminta tolong ayahnya untuk berkenaan memotongkan kawat lentur yang ada di gudang belakang rumah. Dan mereka berdua pun larut dalam kesibukannya membuat kreasi dengan memanfaatkan kapstok bekas tersebut. Terdengr debat antara ayah dan anak, rengekan anak kami, serta suara canda tawa mewarnai aktivitas sore mereka.

Tidak berapa lama akhirnya Tazki datang menghampiri dan menunjukkan hasil karyanya duet bersama ayahnya. Sederhana sekali sih sebenarnya malah tidak terkesan waw namun saya sangat terkesan sekali ketika dia menunjukkan bahwa kapstok bekas tersebut sebagai media kaleng-kaleng bekas wadah biskuit dan permen yang dikaitkan oleh kawat lentur agar bisa tergantung di kapstok tersebut. Ketika saya tanyakan apa fungsi barang ini? Dia menjelaskan bahwa kaleng-kaleng tersebut sebagai wadah penyimpanan apa saja. Misalnya menyimpan alat tulis, pin, karet, logam, dll agar tidak berserakan tersebar dimana-mana. Wah, keren sekali idenya walaupun sederhana namun memiliki fungsi yang tidak kalah penting. Terus berkarya ya, Kak! Kamu keren deh...

#tantangan10hari
#level9
#keliahbunsayiip
#thinkcreative

Berkreasi Membuat Box Penyimpanan Buku

Adakah yang sudah pernah membaca buku karangan Marie Kondo yang berjudul "The Life-Changing Magic of Tidying Up" yang menjadi salah satu buku best seller  di seluruh dunia. Marie Kondo dikenal sebagai konsultan yang ahli dalam seni berbenah rumah maupun kantor yang berasal dari Jepang. Dia memperkenalkan suatu metode merapikan yang ampuh tiada duanya yang disebut teknik KonMari. Keampuhan metode KonMari ini telah membuat hampir seluruh klien Marie Kondo bisa terbebas dari kondisi berantakan di rumahnya akibat menumpuknya barang-barang yang tidak terpakai namun masih saja disimpan karena terkait rasa sayang jika dibuang atau diberikan atau juga ada sisi emosional yang terkandung dalam barang tersebut. Nah, saya menghabiskan waktu selama sepekan untuk membaca dan mencermati setiap tulisan dan metode yang dipaparkan di dalam bukunya tersebut. Kemudian saya buatkan resumenya untuk saya berikan kepada suami agar dijadikan project keluarga. Melihat rumah rasanya sudah penuh dg barang-barang yang tidak diperlukaj namun bingung apakah harus disingkirkan atau tidak. Juga ada satu hal yang membuat saya bersemangat tentang pemaparan dari Marie Kondo bahwa, "Berbenah rumah adalah salah satu cara kita mendetok diri kita sendiri". Jadi penasaran apakah benar dengan berbenah maka kita akan merasa "lahir" kembali? Jadi mari segera kita eksekusi saja!

Pada berbenah rumah kali ini fokus saya adalah menyortir semua pakaian kami yang sudah tidak lagi muat dipakai, modelnya sudah tidak kami sukai, dan pakaian yang selama 6 hingga 12 bulan terakhir ini sama sekali tidak kami sentuh maupun kami pakai. Ternyata mencengangkan sekali bahwa selama hampir 5 hari saya menyortir pakaian yang ada di rumah, saya mendapatkan fakta bawa ada 6 hingga 7 dus besar yang harus kami singkirkan dari dalam lemari. Ditambah sepatu-sepatu dan tas yang tidak terpakai sebanyak 2 bungkusan besar. Pun buku-buku banyak juga yang sudah tidak pernah kami sentuh dan sampai berdebu karena tidak pernah kami baca. Mau tidak mau kami pun kerja bakti menyingkirkan barang-barang tersebut dari dalam rumah dan hasilnya rumah menjadi lebih banyak memiliki space kosong serta terlihat lebih fresh dan entah mengapa pikiran saya pun merasa lebih ringan dan bahagia. 

Berbenah pun akhirnya berdampak pada kamar Tazki juga yang memang tidak bisa dipungkiri bahwa salah satu kebiasaannya adalah mengoleksi barang-barang bekas yang dianggap unik, lucu, ataupu bisa di daur ulang kembali. Namun saya pun akhirnya memberi batasan barang-barang apa saja yang harus dibuang dan oleh disimpan di dalam kamar. Dia pun menyetujuinya dan segera ikut berbenah di kamarnya. Banyak buku-buku yang menjadi koleksinya yang akhirnya harus disingkirkan dan hanya meningggalkan beberapa buku saja. Karena merasa agak berantakan dan terlihat kurang rapi, dia pun segera mengambil kardus bekas yang biasa kami dapatkan ketika kami habis berbelanja di supermarket karena kami memilih menggunakan dus saja sebagai pengganti kantung plastik. Seperti biasa ia asyik berkarya dengan dus-dus bekas tersebut. Meminta beberapa lembar ribuan kepada saya untuk dibelikan kertas kado dan selotip di warung dekat rumah. Setelah selesai berkreasi akhirnya jadilah dus tersebut menjadi wadah penyimpanan koleksi-koleksi bukunya agar terlihat rapi dan tidak berserakan.

Saya dan ayahnya pun sangat tercengang sekali melihat hasil kreasinya membuat wadah buku tersebut. Karena saya sendiri lebih memilih utuk membeli alat penjepit dan pembatas untuk buku supaya bisa rapi ketika dijajarkan di dalam rak penyimpanan buku. Namun, lain halnya dengan anak kami yang lebih senang memanfaatkan apa yang ada di rumah ketimbang membeli sesuatu yang baru. Sekali lagi ini membuat saya yang orang dewasa saja menjadi malu karena sama sekali tidak kreatif dalam memanfaatkan sesuatu atau bahkan tidak terlintas untuk menciptakan sesuatu. Rasanya lebih mudah membeli saja dibanding harus membuat. Terus berkarya ya, Nak! Kami selalu menjadi penggemar setia setiap karya-karyamu...

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Jepit Rambut Fenomenal

Waktu saya ajak Tazki ikut Kelas Blogging  bareng teman-teman IIP Semarang yang berlangsung di kantor Biznet Semarang. Tazki tidak sengaja menemukan jepit rambut yang tergeletak begitu saja di lantai ketika dikonfirmasi kepada orang-orang yang hadir disitu pun tidak ada yang merasa jepit rambut tersebut adalah miliknya. Akhirnya Tazki memutuskan untuk mengambil jepit rambut tersebut dan di make over ketika sampai di rumah. Kenapa dia mau make over jepit tersebut? Karena hiasan atas jepit tersebut hilang sehingga terlihat polos dan kurang cantik untuk dipakai. Maka, dia pun langsung bereksperimen di dalam kamarnya untuk menghias jepit rambut tersebut. Keluar masuk kamar kami mencari kain perca yang biasa saya simpan di sela-sela keranjang baju yang belum disetrika. Kemudian mencari kancing di tempat penyimpanan kancing-kancing yang biasa saya simpan bila menemukan kancing yang lepas dari pakaian yang belum sempat saya jahit kembali. 

Sepertinya dia asyik dan tenggelam dalam eksperimennya, di lantai kamarnya berserakan kain-kain perca, benang, gunting, lem tembak, dll. Sesekali dia menghampiri saya hanya untuk meminta bantuan saya memasukkan benang ke dalam lubang jarum. Menanyakan kepada saya bagaimana caranya menjahit untuk menempelkan kancing di atas kain dan banyak lagi pertanyaan lainnya yang ia lontarkan mengenai proses menjahit dengan tangan. Namun sepertinya ia agak kesusahan dalam menjahit kancing-kancing tersebut dan mengeluh kepada saya agar mau membantunya menyelesaikan eksperimennya. Saya menolaknya dan meminta dia untuk mencobanya lagi sendiri karena ini sangat mudah. Akhirnya dia pun meninggalkan saya dan kembali berjibaku di dalam kamarnya. Tidak selang berapa lama dia pun segera menghampiri saya dan menunjukkan hasil karyanya dan bercerita dengan girang bahwa dia memilih metode menempelkan kancing tersebut dengan menggunakan lem tembak saja supaya lebih mudah dibandingkan dijahit. Wah, keren juga idenya walaupun sebenarnya sederhana dan simple tapi saya sangat mengapresiasi sekali jerih payah serta proses yang telah dia lewati. Bangga sekali ketika dia akhirnya memiliki solusi untuk mengatasi kesulitannya tersebut tanpa rewel dan putus asa karena permintaannya untuk dibantu saya tolak.

Jepit rambut fenomenal pun akhirnya sukses tersemat di rambutnya dan selalu dia pakai kemana pun bahkan dalam tidur sekalipun. Lucu sekali melihatnya berbinar ceria menceritakan proses pembuatannya kepada ayahnya dan memamerkan hasilnya di depan kami sambil menceritakan bagaimana ide make over  itu muncul di pikirannya. Ternyata memang anak-anak adalah sumber kreatifitas yang tak berbatas selama kita tidak menghalanginya dalam menuangkan dan merealisasikan setiap ide-ide yang terlintas di pikirannya. Selamat mendampingi ananda dengan rileks dan optimis ya...

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative