Sabtu, 18 November 2017

Let's Be Creative...

Kira-kira apa yang harus kita lakukan supaya kreatifitas itu bisa muncul dalam diri kita?

Benarkah kebanyakan anak-anak hilang kreatifitasnya disebabkan oleh faktor campur tangan orangtuanya?

Dua pertanyaan tersebut saja sudah berputar-putar di otak saya selama saya membaca hasil diskusi Kelas Bunda Sayang yang dipandu oleh Ibu Septi sebagai fasilitator kami selama menjalani perkuliahan hingga 12 bulan ke depan. Ada beberapa artikel dan slide show yang diposting di grup oleh beliau mengenai kreatifitas pada anak ini. Dalam artikel tersebut menyebutkan salah satunya orangtua dan sekolah formal sebagai faktor yang mematikan kreatifitas anak-anak. Saya pun merasa jleb setelah membaca artikel tersebut, karena merasa apa yang dipaparkan benar adanya selama ini. Teringat oleh saya perihal batasan-batasan dan feedback negatif yang kadang sering saya ucapkan pada anak kami ketika ia sedang mencoba sesuatu hal yang belum pernah dia coba sebelumnya. Atau ketika anak-anak mengerjakan tugas hariannya dengan diselingi beberapa inovasi yang tidak sesuai dengan cara-cara sebelumnya, pasti saya langsung cut dan melakukan interupsi. Dan seharusnya itu tidak perlu saya lakukan karena hal-hal seperti itu jelas-jelas mematikan jiwa kreatifitasnya secara perlahan dan pasti. Untuk itu saya sadar dan harus segera berubah supaya anak-anak memiliki jiwa yang merdeka dalam berpikir, bertindak, dan berkarya tanpa harus takut untuk gagal. Oke, mulai saat ini saya harus berjanji pada diri saya sendiri untuk stop mengintervensi dalam bentuk apapun selama apa yang dilakukan anak-anak masih aman dan on the track. Karena anak sudah lahir kreatif maka kita sebagai orangtua yang harus belajar kreatif, maka cara pertama yang harus dilakukan adalah ubah fokus dan geser sudut pandang. Bismillah...

Kemudian saya segera mengadakan forum keluarga untuk menyampaikan materi yang telah saya dapatkan dan meminta seluruh anggota keluarga untuk memberikan respon mengenai materi tentang mengembangkan kreatifitas ini. Dan hasilnya adalah anak kami pun mengalirkan rasa mengenai apa yang menjadi ketidaksukaannya kepada saya ketika dirinya sedang ingin berkarya dan mencoba-coba sesuatu. Dan saya pun meyadari kekeliruan saya selama ini dan meminta maaf karena dahulu saya belum tahu ilmunya sehingga banyak hal yang tidak seharusnya saya lakukan malah dilakukan dengan sadar kepada anak-anak. Namun, Alhamdulillah anak kami pun menerima permintaan maaf dari kami orangtuanya dan mulai mengeluarkan ide dan gagasan yang ada dalam pikirannya. Kami pun serius memperhatikan dan mendengarkan dengan seksama, ternyata keren-keren juga idenya untuk anak yang sebulan lagi akan menginjak usia 9 tahun. Tidak menyangka besar sekali mimpi-mimpinya, ah..Nak, kamu membuat Bunda menjadi malu dan kecil hati. Semoga terkabul apa yang engkau cita-citakan ya, Nak...

Setelah forum keluarga ditutup tiba-tiba anak kami meminta izin untuk mengambil dus bekas yang baru saja dijadikan wadah belanjaan ketika kemarin kami habis berbelanja di supermarket. Saya pun bertanya mau dibuat apa dus tersebut, namun dia tidak menjawab hanya sibuk dan tenggelam bersama alat-alat tulis yang berhamburan di lantai. Sesekali saya menengoknya di dalam kamar untuk tahu apa yang sedang dia kerjakan, namun sayang saya benar-benar tidak punya gambaran sedikitpun dus tersebut akan menjadi apa. Dalam hati saya bergumam, paling juga dus tersebut mau dibuat pigura oleh anak kami. Hampir 3 jam belum juga selesai pekerjaannya namun saya yakin itu adalah sebuah pigura untuk memajang foto. Entah mengapa dia mengambil jeda dan mengeluh bahwa dia tidak bisa membuat bolongan pada dus tersebut sembari sedikit mengeluarkan air mata. Saya tawarkan bantuan namun dia berkata bahwa hanya ayahnya yang bisa. Baiklah, saya mengalah dan mengajaknya istirahat meninggalkan pekerjaannya sejenak. Namun dia tidak mau dan tetap ingin menyelesaikan pekerjaannya tersebut hingga akhirnya saya tahu bahwa dia sedang membuat replika televisi layar datar hahaha... Padahal saya menyangka itu adalah sebuah pigura foto tapi ternyata dia membuat mainan televisi layar datar karena beberapa pekan lalu kami sekeluarga baru saja menginap di hotel karena sedang melakukan perjalanan keluar kota. Dari situlah anak kami memiliki keinginan ada televisi di kamarnya seperti yang dia lihat di kamar hotel saat itu. 

Akhirnya setelah ayahnya pulang kantor, anak kami meminta bantuan ayahnya untuk membantu menyelesaikan hal-hal yang dia rasa kesulitan untuk dikerjakan sendiri. Dan akhirnya sebelum pukul 21.00 televisi dari kaedus pun sudah terpasang dengan cantik di kamarnya. Senang dan terharu sekali melihat kegigihannya menyelesaikan apa yang dia pikirkan dan inginkan, walaupun ada drama di dalamnya tapi Alhamdulillah dia bisa melewati semuanya. Barakallah, Nak...

#tantangan10hari
#level9
#kuliahbunsayiip
#thinkcreative

Tidak ada komentar:

Posting Komentar